Postingan

LAUNCHING BUKU ANTOLOGI PUISI SELIMUT SAJAK DI ANGANCIPTA KARYA PELAJAR SMA KHARISMA BANGSA

Gambar
S ekolah Kharisma Bangsa pada hari Rabu, 18 Mei 2016 mengadakan acara peluncuran antologi puisi di AVR (Aula) Kharisma Bangsa. Buku antologi puisi berjudul Selimut Sajak di Angancipta karya para pelajar kelas 10 SMA Kharisma Bangsa. Buku antologi puisi berjudul Selimut Sajak di Angancipta terdiri atas 126 pelajar dan 252 puisi serta 5 puisi guru bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Berjaya Buku bekerjasama dengan Yayasan Kharisma Bangsa. Pada awal acara tersebu dibuka oleh pembacaan ayat suci Al-Quran dan dilanjutkan dengan diskusi buku oleh guru Bahasa Indonesia; Bapak Taufik Hidayat dan Ibu Yuniar Susanti. Diskusi tersebut membicarakan seputar proses kreatif dalam pembukuan puisi para pelajar. Dalam diskusi tersebut pembicara berharap buku ini dapat menjadi bibit-bibit yang akan berkembangkan karya-karya selanjutnya dan menjadi pupuk semangat bagi literasi di sekolah, khususnya di Kharisma Bangsa. “Bermula dari projek menulis puisi pada mata pel

ANTOLOGI PUISI KENDURI AIRMATA

Gambar

Di Balik Layar KKM 65

Gambar
KKM 65: The Real KKM Kelompok KKM 65 adalah kumpulan Mahasiswa yang memiliki kepribadian yang berbeda namun bias dikondisikan kemana arah tujuannya. Walau terkadang aneh dengan candaan-candaannya namun hal inilah yang member warna tersendiri bagi kelompok kami. Kelompok ini di tempatkan di desa Pengarengan Kampung Julud. Kampong dimana sebagian besar dareahnya perbukitan ini, merupakan tempat yang ideal sebagai tempat pengabdian.Berikut ini profil sebagian dari prsonil penjantan KKM 65: Aji adalah mahasiswa PLS yang bergabung dalam KKM 65 ini, orang yang cukup pendiam namun memiliki karakter yang semua orang akan terkaget ketika mengenalnya. Ananto adalah mahasiswa Bahasa Inggris yang tersesat dalam kelompok KKM 65, karena karakter yang sangat berbeda jauh dengan yang lainnya membuat dia secara tidak langsung merasakan ketidaknyamanannya. Andri Suhendar adalah Mahasisiwa Matematika yang cukup mewakili rumusrumus pada mukanya. Bias dibayangkan ketika pertama kali mengena

Silaturahmi Diksi; Pentas Kaum Marjinal

Gambar
posted  Apr 5, 2012 12:25 PM  by mahdi duri Serang (28/3) - Di kalangan komunitas sastra, saling kritik dan saling goda menjadi satu hal yang lumrah di lakukan di setiap kesempatan. Begitupula yang terjadi di acara Silaturahmi Diksi yang digagas oleh Komunitas Kubah Budaya dan Hima Diksatrasia Untirta. Selama perhelatan, di tiap sesi pembacaan puisi atau musikalisasi selalu saja ada celetukan dari para penonton yang memenuhi lapangan basket kampus Unitrta tersebut. Dalam kesempatan itu, tampil beberapa grup musikalisasi puisi, diantaranya Solitude, Rok mini, Serenada, Kembang Jambu,  Ki Amuk  Gesbica dan OI Serang. Sementara tampil sebagai pembaca puisi diantaranya Ibnu PS Megananda, Taufik Samantamuh, Tria Achiria. Wahyu Arya selaku koordinator acara menjelaskan bahwa kegiatan tersebut digelar dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi para penulis muda di Serang. "Kami ingin menggeliatkan kembali pentas sastra di Serang" paparnya. Sementara itu, ketua OI Serang N

Mencintai Bulan

Gambar
Matahari sedang mencintai bulan. Siapa bulan? Dia yang hadir ketika malam datang. Kehadiran yang hakiki ketika matahari ada di bawah jejak-jejak kaki. Matahari tidak pernah punya maksud. Entah bulan hadir ketika malam tiba, atau menggugat matahari ketika gerhana-gerhana muncul mengkudeta. Matahari tidak punya amarah, walau sejuta sinar hadir dalam dirinya. Walau merah membara setiap makhluk ketika berada di dekatnya. Matahari tidak punya amarah. Bulan adalah hitam. Cuma terlihat ketika matahari membagi cahaya. Matahari tidak pernah merasa kehilangan sinar, atau juga cemburu ketika semua manusia mencintai bulan. Matahari sadar, dia tidak memiliki apapun, tidak juga keindahan, hanya sinar yang terang benderang. Suatu hari bulan mencintai bintang. Bintang-bintang dirakit menjadi tahun, sebagian dirajut untuk menjadi penghangat bulan jika musim dingin tiba. Matahari pernah begitu mencemburui bintang, namun hanya sesaat. Matahari sadar, bulan dan matahari tidak akan pernah bersatu.

SECARIK PENGENALAN: Samantamuh

Gambar
Samantamuh Samantamuh yang bernama asli Taufik Hidayat. Lahir di Bojongnangka, sebuah Kampung kecil di pinggiran Kota Tangerang pada tanggal 19 Mei 1990. Dia dilahirkan dari keluarga yang sederhana, beranggotakan lima bersaudara dan dia merupakan anak bungsu dari keluarga H. Nursaman & Hj. Muhati. Dia memulai pendidikannya langsung pada sekolah dasar tanpa mengenyam pendidikan Taman kanak-kanak terlebih dahulu. Dia sekarang sedang memompa ilmu di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Riwayat pendidikannya SDN Bojongnangka, SMPN 1 Legok Tangerang, SMAN 1 Curug Tangerang dan sekarang dia sedang berkuliah di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang merupakan Kampus dengan julukan Small University. Dia kini aktif di komunitas sastra seperti Kubah Budaya, Rumah Dunia Belistra (Bengkel menulis dan sastra) Untirta. Dia pun mempunyai keinginan menjadi seorang penyair nasional dengan memulai mengirimkan karya-karyanya ke media-media lokal dan nasi

SIRATURAHMI DIKSI: Ajang Pertemuan Antardiksi

Gambar
logo kubah budaya Rabu, 28 Maret 2012— Kubah Budaya, Belistra, dan Hima Diksatrasia mengadakan “ Siraturahmi Diksi ”. Kegiatan tersebut merupakan suatu ide dari suatu diskusi di kubah, untuk mempertemukan antardiksi dari karya sastra yang dibatasi hanya bentuk sajak.Walau kegiatan ini perdana, namun kegiatan ini diikuti oleh beberapa sastrawan, budayawan, penyair, dan penikmat sastra. Sebelumnya kegiatan ini dijadwalkan dari pukul 20.00 wib sampai pukul 22.00 namun pada saat kegiatan berlangsung tanpa disadari karena memang tuntutan yang hadir, kegiatan ini ditutup pada pukul 24.00 wib.